(http://rumahbacacendekia.files.wordpress.com/2009/12/500gram.jpg) |
Sebelum Miyuki lahir, dia sudah tidak memiliki ayah. Dan di saat ibunya melahirkan ternyata anaknya memiliki kecacatan yaitu terlahir buta dan badannya hanya seberat 500 gram. Lengkap sudah penderitaan Ibu Miyuki, Michiyo Inou menanggung semua beban hidup. Beban mental datang dari dokter yang membantu persalinan Ibu Michiyo, dokter itu mengatakan bahwa Miyuki tidak dapat bertahan lama, namun sang ibu tidak percaya, sang ibu merawat anaknya dengan penuh kasih sayang sehingga ia ingin anaknya dapat hidup lama dengannya.
Sang ibu muda Michiyo, dengan tekun mengunjungi putrinya setiap hari selama kurang lebih 3 jam untuk membisikkan kata-kata cinta ini, “teruslah hidup anakku, teruslah berjuang, ibu terus berada di sampingmu!” bayi mungil yang lahir premature itu seperti mendengar bisikkan cinta ibunya, dan jari-jari mungilnya yang hanya sebesar anak korek api, menggenggam jari ibunya. Sebulan, Dua bulan, dan akhirnya Miyuki bisa bertahan, walaupun pertumbuhan berat badannya tidak terlalu besar tetapi ia masih dapat bertahan. Membuat sang dokter yang memvonis umur Miyuki tidak lama itu pun tertegun, dia tidak percaya Miyuki dapat bertahan lama.
Ternyata, kekurangan yang dimiliki oleh Miyuki, tidak membuat ibunya memperlakukan ia beda dengan anak lainnya. Dengan kebulatan hati ia menerapkan disiplin dan metode belajar yang tidak biasa kepada putrinya. Bayangkan, seorang anak kecil yang buta harus belajar naik sepeda tanpa dituntun sama sekali. Miyuki kecil harus bercucuran air mata dan berdarah-darah sampai akhirnya bisa bersepeda sendiri. Sang ibu, Michiyo, memperhatikan dari pinggir lapangan tanpa mau ikut membantu, bukan karena tidak ada rasa kasihan, melainkan karena cinta dan kerinduan agar anaknya tumbuh menjadi anak yang kuat dan berkarakter. Dan Miyuki pun berhasil.
Dalam banyak hal, Miyuki harus belajar mandiri. Ia belajar untuk menelpon dokter keluarganya bila ada masalah (ibunya bekerja parauh waktu), menghidupkan pemanas ruangan. Memasak termasuk mengobati tangannya yang terluka kena pisau ketika memotong sayuran, dll. Saking keras dan disiplinnya Ibu Michiyo kepada putrinya karena cintanya, Miyuki bahkan melihat ibunya seperti setan. Hidup mereka pun penuh pertengkaran. Tetapi semua itu terjadi karena cinta. Cinta yang berorientasi ke depan, bukan sekedar rasa kasihan yang tidak bertujuan.
Dan Miyuki pun diberitahu tentang maksud ibunya, sehingga dia tidak sungguh-sungguh membencinya. Berangkat dari didikan yang disiplin bertujuan itu, Miyuki yang buta tumbuh menjadi anak yang mandiri dan berprestasi. Ia berhasil menjadi juara mengarang tingkat nasional di negeri Jepang ketika berusia 14 tahun. Dan kisah yang ditulisnya adalah tentang perjuangannya bersama ibunya yang tercinta. Kesan :
Buku ini penuh inspiratif dari sang penulis, tidak semua orang yang memiliki kekurangan sejak lahir dapat survive seperti Miyuki, kita harus banyak belajar dari dia sebagai manusia yang "lebih sempurna" ketimbang Miyuki, Miyuki mengajarkan kita agar kita bisa lebih percaya diri dan tidak egois. Buku ini wajib dibaca bagi yang belum membacanya. Terima kasih. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar